Canonian# Discussion with ‘bung Dontorro’

Wah hari ini gue dapat banyak pencerahan dari salah satu sang mastah fotografi yang sudah malang melintang di dunia ini. Karena hasil tanya jawabnya tersebar di berbagai postingan, maka sebagai dokumentasi biar dikumpulkan di postingan ini aja.

************************

From post https://ykzir.wordpress.com/2011/10/02/kompas-bandung-express-2-exists/

Don : Inikah hasil EOS 550D dengan lensa kit 18-55? 😀

Gw : hahaha, jadi malu. Yang jelas foto pertama bukan dong ya 😀

Foto ketiga blur banget ya, berhubung sayang buang-buang SC dan rockernya labil lompat-lompat terus. Mohon bantuannya

ralat, EOS500D yg udah gak produksi lagi, bukan 550D kiss X3. Gak ada feeling moto nih pake lensa kit. Makanya berencana mau beli lensa makro ato tele. Mending mana duluan? makro unfix ato tele?

Don : Kalau mau objeknya freeze sih, pakai shutter speed diatas 1/125.. Paksa aja sekalian ISO-nya sampai 1600 atau 3200..

Sering dipakai motret apa? Kalau mau eksplorasi lebih banyak sih, saya saraninnya tele.. Apalagi kalau sering dipakai motret panggung atau human interest..

Gw : I see, tele that is.

Hm.. pantes, gw gak berani ambil shutter speed di atas 1/40 takut gelap. Ternyata diakalin pake ISO ya biar lebih terangnya. Nice advice

************************

From post http://dontorro.wordpress.com/2010/12/12/cara-menjadi-fotografer-handal/

Gw :

Whoa.. nomor 4 gue tersindir nih, terutama kalau lagi ramai-ramai dengan temen suka menembak dengan bunyi klak klak klak klak.. apa boleh buat, gak ada mainan lagi *berhubung modal belom mumpuni untuk beli lensa selain kit standar 15-55mm. Any idea how to play nice with it?

Pertanyaan pertama : mana lebih penting jago motret apa jago ngedit sotosop? lol
Pertanyaan kedua : mending beli dslr dengan digit lebih kecil ato beli lensa baru yg lucu2 (makro, tele, fisheye, dll)?

udah lama gak mengunjungi blog ini, share tips motret dong, dari komposisi, pengaturan, dllnya. just into photography these last 6 months with my d550 canon

Don :

Hahaha.. saya juga dulu begitu kok.. 😀

Dengan lensa 15-55, memang tidak terlalu banyak yang bisa diperbuat.. Untuk zoom tidak kena, untuk memotret sudut yang lebar juga masih tanggung.. Saran saya sih sebaiknya lebih banyak bermain komposisi saja, cari2 angle yang lebih kreatif dan variatif.. Oh ya, dan jika memotret wajah dengan lensa tersebut, sebaiknya mengambil focal length diatas 30mm, supaya gambarnya tidak distorsi.. 🙂

Jawaban 1: Tentu saja lebih baik lagi jago motret sekaligus jago photoshop, karena photoshop adalah gantinya kamar gelap di era digital..

Jawaban 2: Jika tidak punya rencana untuk mencetak hasil fotonya dalam ukuran besar, lebih baik membeli lensa saja.. Pengaruh resolusi yang besar (10MP, 18 MP, 27 MP, dll) hanya mempengaruhi ukuran maksimal saat dicetak saja.. Kalau sekedar untuk hobi, kamera kelas entry level (3-4 digit) dengan sensor bagus dan lensa yang prima juga sudah cukup.. Canon 550D? Itu sudah lebih dari cukup..

Kalau untuk komposisi dan pengaturan, saya rasa sudah cukup banyak yang membahasnya.. Biasanya tips2 yang saya bagikan lebih mengarah kepada aspek teknis, terutama seputar kendala saat memotret di lapangan.. Mudah-mudahan segera bisa saya posting.. Masih banyak yang berceceran di notes Facebook saya soalnya.. 😀

Gw :

ralat-ralat bukan kiss x3 550D tapi sodara tuanya 500D. Eh bukannya digit makin kecil efeknya selain resolusi makin gede juga ada fitur-fitur lain ya. Kalo resolusi sih bahkan si 500D juga rasanya udah gede banget buat keperluan gw

Dalam dua bulan ke depan kayanya udah cukup nabung buat beli satu lensa deh. Mending Tele atau makro(fix/flexible)?

trus2, *banyak nanya* maksud “Oh ya, dan jika memotret wajah dengan lensa tersebut, sebaiknya mengambil focal length diatas 30mm, supaya gambarnya tidak distorsi.” maksud terdistorsi disini apa?

Thanks infonya anyway

Don : 

Kalau Canon, memang makin kecil angkanya kelasnya makin tinggi.. Entahlah kalau Nikon..
4 Digit: Entry Level (1000d, 1100d)
3 Digit: Beginner (450,500,550,600d)
2 Digit: Semi Pro (40d, 50d, 60d)
1 Digit: Pro Camera (5d, 1d)

Maksudnya terdistorsi itu, gambarnya terlihat cembung, mirip hasil jepretan lensa Fish-Eye, cuma dalam level yang lebih rendah.. Kalau memotret wajah, akan terlihat lebih gemuk.. Dan kalau memotret ruangan, garis2 tembok akan terlihat sedikit melengkung.. 🙂

Kalau lensa, Tele akan jauh lebih fleksibel untuk digunakan, bisa memotret apa saja.. Dari modelling, still life sampai panggung.. Kalau lensa makro atau Fix, kegunaannya lebih terbatas..

Oh ya, untuk fitur2 lain yang dimaksud itu, makin tinggi kelasnya, fiturnya memang lebih banyak.. Hanya saja, hal ini kembali lagi kepada kebutuhan..

Contoh paling sederhana adalah “continous burst shooting”. Pada kamera sekelas EOS 600d, kecepatannya hanya 3,7 fps (frame per second). Pada EOS 7D, kecepatannya mencapai 8,7 fps. Tapi jika kita tidak menggunakannya untuk memotret pertandingan basket, sepakbola atau balap motor, fitur itu tidak akan bermanfaat.

Selama kita memotret menggunakan mode “Manual”, sebenarnya sih fitur-fitur canggih itu tidak akan terlalu berpengaruh..

************************

From post http://dontorro.wordpress.com/2011/10/04/tips-memotret-pada-saat-hujan/

Gw : 

Ah, ini toh penyebab gambar yg gw hasilkan kurang fokus. Filter UV. Gw selalu masang filter UV setiap saat. Lain kali gw coba lepas filternya deh kalo lagi acara indoor

Btw, bersihin lensa/filter pakai penyemprot kacamata bisa kan ya?

Don : 

kalau ingin tahu lebih jelas penggunaan UV Filter vs. non-UV Fillter, bisa dilihat di video ini.. Disini dipaparkan dengan cukup jelas kok.. —>http://www.youtube.com/watch?v=-e9TUIC-Dtk

Bisa, cuma sebaiknya ih memakai cairan khusus untuk lensa kmera, atau lens pen.. Kalau tidak, cukup dengan lens paper.. Harganya cuma 10.000 rupiah kok.. Di toko Kamal juga banyak..

4 tanggapan untuk “Canonian# Discussion with ‘bung Dontorro’

  1. Nah, asiknya yang dapet ilmu fotografi. 😀

    Saya udah tahu soal ISO itu. Masalahnya, saya udah pernah nyoba juga pake ISO tinggi banget supaya bisa dapet shutter speed tinggi. Kamera saya Nikon D5000, kamera dengan sensor APS-C, sensornya gak sebesar kamera high-end. Jadi, jelas kualitas yang dihasilkan tetap akan kalah dengan kamera bersensor 35 mm atau full-frame. 🙂

  2. tp walau udah pake ISO tinggi untuk dpt shutter speed tinggi kadang2 kita jg masih perlu flash ya ternyata. Contohnya dalam kasus levitation photography

Tinggalkan komentar